SUARA PEKANBARU - Rocky Gerung melakukan diskusi membahas demokrasi yang menciptakan kesetaraan laki-laki dengan perempuan untuk bisa ikut politik.
Kekurangan peran dari kalangan perempuan jadi perhatian khusus bagi yang ingin menuangkan karyanya di dunia politik.
Hal ini ketika Rocky Gerung melakukan diskusi oleh beberapa orang pemerintahan saat jadi narasumber di Diesnatalis ke-2 Partai Sarekat Demokrasi Indonesia (SDI).
Acara ulang tahun Partai SDI digelar di Aula Husni Hamid Kantor Pemerintah Daerah (PEMDA) Karawang pada Sabtu (10/6/2023) dari pukul 13.00 WIB.
Baca Juga:Thomas Doll: Setelah Dua Pekan, Akhirnya Bisa Hasilkan Permainan yang Bagus
![Press conference Rocky Gerung dan narasumber lain di HUT Partai Sarekat Demokrasi Indonesia. [Suara.com/Hilal Aulia Pasya]](https://media.suara.com/suara-partners/pekanbaru/thumbs/1200x675/2023/06/11/1-20230611-030648.jpg)
Tema yang diambil "Demokrasi untuk Siapa?" dan dihadiri oleh Bupati Karawang, Cellica Nurachadiana, anggota DPRI RI, Puteri Komarudin, Komisi II DPR RI, Saan Mustofa dan tokoh lainnya.
Sekretaris Jendral Partai SDI, Salsabila, salah satu aktivis, Titi Anggraini dan juga Cellica mempersoalkan masalah jatah perempuan untuk berpartisipasi dalam politik.
Kuota perempuan yang terhitung di pemerintahan hanya sebesar 30 persen. Tentu saja jatah tersebut yang memicu terjadinya feminisme.
Namun, Rocky Gerung membantah terhadap pemikiran tersebut kalau kalangan perempuan untuk bisa berkarya disuruh berjuang sendirian.
"Tadi Salsa menerangkan bahwa kuota perempuan 30 persen itu disuruh fight sendiri, bukan! Kuota 30 persen itu memastikan bahwa perempuan tidak diganggu, kenapa begitu?," jelas Rocky Gerung.
Baca Juga:Calon Haji Asal Sumenep Berusia 75 Tahun Meninggal Dunia di Mekkah karena Sakit
Walaupun Rocky Gerung mengerti, kalau perempuan dianggap selalu tertindas lantaran otaknya tidak bisa berkembang. Pernyataan tersebut disebut sudah penghinaan.
"Perempuan itu adalah anak-anak yang bertumbuh besar. Tubuhnya aja yang berkembang otaknya tidak, itu penghinaan," ujar Rocky.
Pengamat politik itu pun akhirnya menggunakan prinsip secara demokrasi yang berdasarkan mengenai hak. Khususnya dari kaum perempuan.
"Jadi bukannya saya membela perempuan, tapi saya membela hak dalam prinsip demokrasi. Karena saya ingin semua prinsip menggeluti dan mengadopsi etis of care," paparnya.
Ia memaparkan, jumlah terbesar yang menjadi profesor matematikan di dunia berasal dari kalangan perempuan. Membuat peran laki-laki dianggap tidak mumpuni.
Ternyata yang dibutuhkan supaya perempuan bisa berpolitik melakukan kesetaraan dalam berargumentasi yang bisa menciptakan persamaan gender.
"Bahwa kesetaraan argumentasi itu yang menjadi dari persamaan kita sebagai wanita hanya demi kesetaraan argumentasi," tandasnya.
Terlebih lagi, Rocky Gerung mendukung terhadap tagline yang dipakai Partai SDI yaitu "Kebebasan, kesetaraan, persaudaraan".
Tiga prinsip itu bisa menciptakan akal dasar dari demokrasi dan berkaitan terhadap menghindari perbedaan gender dari segi derajatnya.(*)