SUARA PEKANBARU - 5 fakta mengerikan kecelakaan kapal laut, 4.386 orang tewas, ribuan terpanggang, ratusan siswa Menumpuk di lorong sempit.
Perjalanan dengan moda transportasi apapun tentu memiliki risiko. Terutama jika menggunakan moda transportasi laut, seperti kapal. Kecelakaan, kesalahan manusia, faktor cuaca, dan serangan dari pihak lain, menjadi masalah tersendiri dalam melakukan perjalanan menggunakan kapal.
Selama ini kita hanya menganggap bahwa kecelakaan kapal Titanic adalah insiden yang paling mematikan dan terbesar di lautan.
Namun ternyata, peristiwa tersebut bukanlah satu-satunya yang paling tragis di dunia. Berikut daftar tragedi kecelakaan kapal terbesar yang terjadi dalam sejarah
Salah satu tragedi kecelakaan kapal terbesar yang terjadi dalam sejarah adalah tenggelamnya Kapal Sewol yang terjadi di tahun 2014 silam.
Saat peristiwa tersebut terjadi Kapal Sewol sedang mengangkut mayoritas murid dan wan high school ansan Korea Selatan.
Kecelakaan ini menjadi salah satu tragedi mengerikan yang diingat oleh masyarakat Korea saat itu.
Menurut laporan peristiwa yang disebabkan oleh kelalaian kapten kapal ini telah merenggut nyawa sekitar 304 penumpang dan awak kapal itu sendiri.
Tenggelamnya Kapal Sewol bermula ketika kapal feri ini berlayar dari Incheon menuju Pulau Jenju Korea Selatan.
Pada saat itu Kapal Sewol mengangkut 476 orang, yang mayoritas adalah murid dan Won High School Kota Ansan yang melakukan perjalanan darmawisata.
Di pagi hari para penumpang sedang menikmati sarapan yang disajikan di kafetaria. Pada saat yang bersamaan, kapal mulai memasuki Selat Mangol yang terkenal memiliki arus bawah laut yang sangat kuat.
Tidak lama setelah memasuki anjungan kapal dikendalikan oleh termed yang belum berpengalaman, dan harus menghadapi perairan paling menantang.
Setelah itu tiba-tiba kapal berbelok dengan sangat tajam, lalu terbalik dan karam di lepas pantai Pulau Jindo.
Saat kejadian tersebut berlangsung tidak ada panggilan darurat yang dilakukan oleh para awak kapal.
Beruntung ada satu murid yang melakukan panggilan pada stasiun pemadam kebakaran setempat untuk meminta pertolongan.
Setelah itu beberapa helikopter penyelamat bergegas mendatangi lokasi untuk melakukan penyelamatan.
Bukan hanya itu puluhan tentara dan ratusan penyelam juga dikerahkan untuk mencari penumpang dan awak kapal yang menjadi korban.
Tidak hanya itu, proses penyelamatan ini juga mendapat bantuan dari kapal perang Amerika Serikat USS Bone Home Richard yang sedang berpatroli di kawasan tersebut.
Dari hasil penyelamatan sebanyak 304 penumpang dan awal kapal ditemukan dalam keadaan sudah tidak bernyawa.
Hanya 172 orang yang berhasil diselamatkan. Saat Kapal Sewol mengalami kecelakaan dan mengakibatkan kapal karam.
Terdapat hal menarik yang ditemukan dalam proses penyelamatannya. Kapal yang tenggelam dengan posisi miring ini menyebabkan kabin-kabin di dalam kapal terbalik.
Sehingga para penyelam harus menyusuri lorong-lorong sempit untuk mencari korban.
Dalam pencarian tersebut penyelam menemukan sekitar 48 jasad yang berdesakan di salah satu ruang sempit dengan memakai jaket penyelam.
Kapten angkatan laut yang saat itu ikut menyelamatkan Kapal Sewol menjelaskan bahwa temuan tersebut diduga banyak penumpang yang terjebak saat kapal miring dan mulai tenggelam.
Meskipun telah ditemukan lokasi korban, namun para penyelam mengalami kesulitan dalam mengevakuasi jasad yang ditemukan tersebut.
Kondisi kapal yang terbalik dan segala sesuatu yang mengambang menjadi kendala berat bagi para penyelam untuk melakukan penyelamatan.
Peristiwa yang melibatkan tenggelamnya Kapal Sewol ini dinilai sebagai tragedi terbesar di dunia pelayaran Korea Selatan.
Hal inilah yang mendorong dilakukannya penyelidikan untuk mengungkap penyebab peristiwa nahas tersebut.
Dalam penyelidikan aparat menahan Kapten dan awak kapal yang diduga lalai dalam mengoperasikan Kapal Sewol.
Selain itu penyidik juga mencari 20 organisasi yang berafiliasi dengan operator kapal feri tersebut.
Pada 27 Januari tahun 1981. Tepatnya sekitar 41 tahun yang lalu Indonesia harus bersedih karena sebuah peristiwa yang menenggelamkan sebuah kapal motor penyeberangan atau KMP Tampomas 2.
Menurut laporan, Kapal Tampomas 2 ini tenggelam di Perairan Masalembo Laut Jawa. Kapal motor penyeberangan Tampomas yang dikelola oleh PT Pelni, merupakan salah satu kapal laut yang melayani penumpang antar pulau, yang sebelumnya digunakan untuk melayani perjalanan haji.
Kapal itu berangkat dari Jakarta dengan membawa 1054 penumpang dan 82 awak kapal. Namun ketika berada di perairan dekat Kepulauan Masalembu, sebelah utara Pulau Kangean Jawa Timur, kapal itu mengalami kebakaran.
Menurut Direktur Jenderal Perhubungan laut saat itu, dalam keadaan cuaca yang jelek para penumpang mengalami kepanikan, sehingga beberapa orang terjun ke laut.
Mengetahui Kapal Tampomas 2 terbakar, Kapal Pelni atau kapal lain yang ada di sekitarnya diperintahkan untuk mendekat, dan memberikan pertolongan.
Meskipun berbagai penyelamatan telah dilakukan, namun kapal Tampomas 2 harus tenggelam.
Kapal berbobot mati 2420 ton itu tenggelam di Selat Makassar Dekat Pulau Masalembo sekitar 22 mil laut menjelang Pelabuhan tujuan Ujung Pandang.
Hingga malam hari, terdapat 566 orang yang berhasil diselamatkan ke atas kapal-kapal yang datang menolong.
Meskipun begitu upaya penyelamatan terhadap korban kapal Tampomas 2 terkendala cuaca buruk.
Salah satunya adalah gelombang besar setinggi 7 hingga 10 meter, angin kencang, dan hujan yang menghambat proses penyelamatan hingga saat ini tenggelamnya kapal Tampomas 2 dikenang sebagai tragedi kemanusiaan yang sangat memilukan.
Peristiwa ini tercatat sebagai musibah terbesar dalam sejarah maritim nasional, sekaligus musibah ketiga yang tergolong terbesar di dunia saat itu.
Menurut penyelidikan yang dilakukan pihak terkait, kecelakaan itu disebut berasal dari percikan api di kabin kendaraan, yang kemudian membesar dan menjalar ke seluruh bagian kapal.
Kebakaran itu diduga akibat rendahnya disiplin penumpang dan awak kapal tentang keselamatan pelayaran.
Di antaranya tidak mematuhi larangan merokok di tempat-tempat tertentu. Selain itu, tenggelamnya Kapal Tampomas 2 juga akibat awak kapal tidak memahami cara dan prosedur penggunaan semua peralatan pertolongan.
3. KM Digoel
Tragedi kecelakaan kapal terbesar selanjutnya yang pernah terjadi dalam sejarah adalah KM Digoel.
Kapal motor yang sedang melakukan perjalanan dari Merauke ke Tanah Merah Bougen Digoel tenggelam di perairan Arafura.
Menurut laporan, penyebab tenggelamnya kapal tersebut selain badai juga akibat kapal kelebihan muatan.
Kapal seberat 150 ton ini seharusnya hanya mampu menampung 153 penumpang. Tapi menurut saksi mata, penumpang saat itu lebih dari 200 orang.
Sebagian besar penumpang adalah anak-anak asal Digoel yang hendak pulang ke kampung halaman mereka, selama masa liburan sekolah.
Tidak hanya kelebihan penumpang, pada bagian dalam kapal ini juga berisi alat-alat berat.
Di sana ditemukan seperti 2 buah buldoser, 600 sak semen, besi beton, bahan bakar minyak, dan masih banyak lagi barang lain yang dibawa oleh kapal tersebut.
Akibat kecelakaan tersebut, sekitar 84 orang ditemukan tewas, dan 100 orang hilang. Sementara 14 penumpang lainnya berhasil diselamatkan.
Di tahun 1987, tepatnya sekitar 35 tahun yang lalu, ada sebuah peristiwa yang cukup menyedihkan, yakni tragedi tabrakan antar kapal besar.
Dikatakan kapal tersebut adalah Kapal Feri Dona Paz dengan berat 2.215 ton dengan kapal tanker minyak MT Victor dengan berat sekitar 629 ton di Filipina.
Tabrakan kapal tersebut merupakan bencana maritim terburuk di dunia karena menewaskan sekitar 4.386 orang, dan hanya 26 orang yang berhasil diselamatkan.
Menurut laporan terdapat 1000 penumpang anak di bawah usia 4 tahun yang tidak tercatat, serta 1000 penumpang tentara atau sekitar satu Batalyon yang naik terakhir sebelum keberangkatan.
Dikatakan jika kecelakaan pada Kapal Dona Paz yang berlayar dari Pulau Leite di Filipina Tengah ini, terjadi karena pemilik kapal kurang memperhatikan keselamatan penumpang dan lebih menekankan aspek bisnis.
Seorang perwira militer yang selamat dari kecelakaan itu menceritakan, bahwa ketika ia sedang bersama seribu petugas militer dan polisi menaiki Dona Paz , kapal tersebut terlihat miring ke satu sisi karena kelebihan muatan.
Selain itu ia juga mengatakan, jika terjadi ledakan ketika kedua kapal tersebut bertabrakan.
Dan api menyambar dengan sangat cepat, karena terdapat tumpahan dari MT Victor yang membawa lebih dari 8000 barrel bensin dan minyak tanah.
Sebagian orang lari kedek bawah untuk menghindari kobaran api dan asap yang tebal.
Sebagian lagi memilih untuk melompat ke lautan, namun air laut pun panas karena tumpahan minyak ikut terbakar di lautan.
Bahkan kobaran api pun masih bisa menjangkau orang-orang hingga kejauhan 1 km. Kondisi ini semakin diperparah ketika angin malam makin memperluas kebakaran.
Dengan demikian, para korban yang melompat ke laut harus berenang dengan cepat untuk menjauhi api dan suhu air laut yang menjadi sangat panas.
Sebelum berenang di lautan yang panas, orang-orang yang telah berlumuran minyak pun harus saling berebut mencari jalan keluar untuk menyelamatkan diri mereka masing-masing.
Saat itu korban selamat harus berenang lebih dari satu jam untuk menghindari api dan air laut yang ganas.
Kemudian mereka berhasil diselamatkan dengan jaring dari Kapal Dona Claudio. Para korban yang selamat pun mengalami luka bakar parah dan kulit mereka melepuh.
Di tahun 1948 di Cina, rakyat diselimuti oleh kesedihan karena tragedi kapal Kiangnya yang mengalami kecelakaan fatal.
Dikatakan bahwa saat itu, kapal uap penumpang tersebut meledak dan tenggelam di Muara Sungai Huangku yang berjarak sekitar 80 km dari Shanghai.
Mengetahui meledak dan tenggelamnya kapal tersebut, pihak pemerintah China berupaya melakukan penyelamatan sesegera mungkin.
Para petugas penyelamat langsung diterjunkan untuk menyelamatkan para korban yang masih bisa bertahan.
Menurut laporan, korban tewas dari kecelakaan kapal tersebut pastinya belum diketahui.
Namun pihak petugas penyelamat memperkirakan, bahwa korban dari kecelakaan kapal ini sekitar 2750, dan 3920 meninggal dengan 700-1000 korban hidup yang berhasil diselamatkan.
Dalam kecelakaan ini pihak pemerintah China berupaya menyelidiki penyebab meledaknya kapal tersebut.
Penyebabnya diduga akibat ranjau yang ditinggalkan oleh angkatan laut kekaisaran Jepang dalam Perang Dunia ke-2 di dalam kapal tersebut. (*)
Sumber: Daftar5