SUARA PEKANBARU - Berburu kepala musuh negara, terungkap kisah Prabowo Subianto pernah minta rekrut prajurit Dayak.
"Perintahnya sangat jelas. Bawakan saya orang-orang terbaik dari Suku Dayak untuk ikut berperang ke Timor Timur."
Teddy Sutadi Kardin tidak akan pernah melupakan peristiwa yang terjadi pada tahun 1988. Kisah itu begitu membekas dalam ingatannya. Pengalamannya begitu mengerikan. Hingga ia tak mau melakukannya lagi.
"Dibayar ratusan juta rupiah juga, saya tidak mau," ujar pria kelahiran Bandung 11 Maret 1951 itu.
![Teddy Sutadi Kardin [rtv]](https://media.suara.com/suara-partners/pekanbaru/thumbs/1200x675/2023/05/07/1-teddy-prabowo.jpg)
Kala itu, Teddy mendapat perintah dari Prabowo Subianto yang saat itu menjabat sebagai Mayor Infanteri komandan Batalyon Infanteri 328 Kostrad atau komando cadangan strategis angkatan darat.
"Perintahnya sangat jelas. Bawakan saya orang-orang terbaik dari Suku Dayak untuk ikut berperang ke Timor Timur," katanya.
Sebelum perintah Prabowo datang, Teddy diminta hanya mengajar kemampuan navigasi alam untuk para prajurit di Batalyon 328.
"Hanya banyak peta dan kompas saja, sederhana," ujar Teddy.
Semua ia ajarkan secara gratis tanpa bayaran. Pada saat diminta untuk mengajar pasukan elit tersebut sebenarnya tidak terlalu antusias karena ia sudah terlanjur menandatangani kontrak dengan perusahaan minyak asing.
Baca Juga:5 Wabah Mematikan Pernah Melanda Dunia, Saat Ini Tanda-Tandanya Terjadi Lagi
Prabowo lalu mendesak Deddy untuk membantunya sambil berkata jika batu asing mau, bantu bangsa sendiri tidak mau.
"Masa bantu bule mau, bantu negara sendiri tidak mau. Berapa Anda dibayar mereka? Saya bayar dengan harga yang sama," kata Prabowo saat itu.
Teddy sebenarnya agak tersinggung dengan perkataan Prabowo. Teddy bergumam dalam hati dan berpikir gaji seorang tentara pasti tidak mampu membayar dia yang sudah mendapat 3000 US Dollar per bulan.
Namun Tedi tidak mau mempersalahkan hal tersebut. Ia telah berhitung. Tabungannya memiliki saldo ratusan ribu Dollar Amerika Serikat.
Lalu ia juga telah memiliki rumah dan mobil, deposito Rp100 juta dengan bunga 1,2% per bulan cukup untuk membiayai kebutuhan keluarganya. "
"Gini deh Mas, 2 bulan lagi kontrak saya habis. Saya bantu Anda setahun gratis," katanya.
Prabowo dan Teddy kemudian sepakat lalu bersalaman. Teddy melatih sekitar 4 Kompi tentara.
Namun Prabowo ingin kemampuan mereka ditingkatkan lagi dengan melacak dan menafsir jejak, serta bertahan di alam tropis.
Teddy lalu mengajak 5 orang temannya dari Suku Dayak Kunan untuk mengajari hal itu di Gunung Salak, Jawa Barat. Teddy kerap kali bergaul dengan Suku Dayak itu kala berada di hutan Kalimantan Timur.
Ia sempat diangkat anak oleh salah satu anggota keluarga bangsawan di sana, dan diberi nama Humu.
Selain mengajari melacak jejak kelima orang itu juga menunjukkan ilmu mengayau, salah satu dari orang Dayak tersebut bertanya. "Untuk keperluan apa ilmu mengayau kami ini," kata orang dari Suku Dayak.
Prabowo mengatakan, mengayau musuh negara. "Karena tujuannya berperang, kita harus mengadakan upacara adat terlebih dahulu," katanya.
Akhirnya pelaksanaan upacara segera dilakukan Teddy. Selain itu ia meminta izin kepada kepala Suku Dayak Kunan untuk membawa lima pemuda tersebut ke Timor Timur.
Teddy juga mengajak dua orang tambahan. Ia lalu masuk kembali ke pedalaman di Hulu Sungai Barito dan Mahakam untuk membawa para pengayau diperlukan upacara pemotongan babi dan ayam.
Salah satu rumah telah dikosongkan untuk memfasilitasi acara ini kepala suku memotong ayam. Darahnya ditampung dalam baskom. Ayam itu kemudian diputar-putar, sehingga darah terciprat ke seluruh dalam rumah.
Lalu mulailah pengucapan doa. Warga berteriak. "lakim-lakim," yang berarti sukses, sukses, sukses. Setelah itu mereka makan bersama.
Namun ternyata upacara ini tak berhenti di sini. Sang kepala suku meminta Teddy untuk menginap 3 hari 3 malam di dalam rumah itu seorang diri.
Teddy kaget, karena takut. Tapi tak kuasa menolak. "Masa utusan Prabowo penakut," katanya.
Pada malam pertama Teddy merasa sangat ketakutan. Ia merasa hampir gila. Mentalnya rontok begitu mendengar suara gemuruh air sungai dan angin yang masuk dari dinding kayu.
Suara alam malam itu tampak tak seperti biasanya, begitu bising seakan mengantar makhluk tak kasat mata untuk berkumpul di sekeliling Teddy.
Teddy merasakan kantuk yang tak tertahankan, namun tak bisa tidur dengan tenang karena merasakan seperti ada banyak orang di sekitarnya.
Teddy juga berteriak-teriak, ia sempat akan membaca ayat-ayat Suci, tapi ia batalkan. "Tadi dipanggil, masa saya mau usir," katanya.
Teddy lalu mengeluarkan pisau dan mengacungkannya. "Kalau mau datang datanglah, tapi awas kalau sampai kelihatan," katanya. Pada malam itu Teddy sama sekali tidak melihat roh leluhur.
Tapi ia merasakan ada bau busuk, wangi bungan dan aroma dedaunan keram melewatinya. Selama 3 malam, Teddy merasakan tekanan psikologis yang amat mengerikan.
Ia hanya bisa duduk bersandar ke dinding rumah, sambil tetap memegang pisaunya. Setelah itu kepala suku mengatakan, permintaan mereka telah diterima oleh para leluhur. Upacara itu pun berhasil.
Ketujuh Pemuda Dayak tersebut akhirnya berangkat ke Timor Timur. Teddy tidak ikut pergi ke sana, karena ia harus menunggu istrinya yang sedang hamil anak kedua.
Setelah anaknya berusia 3 bulan, Teddy kemudian menuju ke sana untuk melihat teman-temannya. Pada awalnya Teddy hanya ingin berkunjung ke Timor Timur sebentar saja.
Namun, rencana itu berubah ia malah menetap di sana selama 3 bulan. Pada operasi di Timur itu, Teddy membuat peta operasi yang sangat rinci.
Pasukan yang dibuat pimpinan Prabowo berhasil merebut 54 pucuk senjata dari musuh dengan peta kontur.
Teddy mampu memprediksi gerak musuh dan bagaimana mengantisipasi serangan.
ia mengetahui di mana jalan setapak, lembah, gunung, dan sungai. Teddy juga sering membuat maket area medan tempur.
Ternyata hal tersebut sangat membantu operasi militer. Lalu apakah ada aksi pemenggalan dalam peristiwa itu?
Teddy tak mau menceritakan hal tersebut. Prabowo sempat memberikan amplop tebal untuk jasanya, namun Teddy menolak.
Tedy tidak hanya berperan dalam medan perang di Timor Timur, ia juga turut serta dalam operasi pembebasan 11 orang sandra para peneliti ekspedisi Lawrence 1995 di Mapenduma, Irian Jaya.
Mereka disandera oleh Organisasi Papua Merdeka atau OPM kelompok Kelly qualit. Prabowo yang menjadi komandan Kopassus atau Komando Pasukan Khusus adalah pemimpin operasi tersebut.
Tentara Indonesia berhasil membebaskan 9 sandra, sementara dua orang lainnya tewas di tangan OPM. Meski memiliki koneksi yang baik dengan Prabowo, hubungan Teddy dan Prabowo pun tak lepas dari pasang surut.
"Pak Prabowo orangnya keras. Tapi memang sangat pintar dan cerdas, nasional sejati," ujar Teddy.
Mereka sempat bertegang pada saat operasi TNI di Timor Timur 1988. Teddy sempat tersinggung dengan ucapan Prabowo, yang menganggapnya penakut.
Semua berawal saat Prabowo berorasi di depan warga, tapi di belakangnya terdapat sekumpulan fretilink yang baru saja tiba dari Australia.
"Dari belakang bisa deketok, mati dia," katanya. Teddy menganggap orasi tersebut membahayakan diri Prabowo.
"Ngapain takut? Saya tidak butuh pengecut," ujar Prabowo kala itu.
Teddy pun langsung menimpali ucapan Prabowo bahwa besok ia akan pulang. Teddy lalu pergi ke kamarnya dan mengunci pintu. Prabowo marah dan menarik taplak meja hingga makanan di atas yang jatuh berhamburan.
Namun ketegangan itu tidak berlangsung lama, mereka segera berbaikan. Prabowo pun mengaku hanya menguji nyali Teddy saja.
Teddy pun batal pulang setelah mendengar perkataan Prabowo. Kini di usia yang sudah senja, Teddy masih aktif keluar masuk hutan.
Tetapi ia keluar hutan bukan untuk urusan perang melainkan berburu babi Teddy pun sudah tak ingin berurusan lagi dengan dunia pertempuran perang itu tidak menyenangkan. "Anak-anak wanita, dan orang tua selalu jadi korban," kata Teddy. (*)
Sumber: SEJARAH SERU