SuaraPekanbaru.id- Rusaknya payung raksasa berdiri tegak di halaman Masjid An-Nur yang sedang dalam tahap pembangunan disorot Anggota Komisi V DPRD Riau, Ade Hartati Rahmat.
Menurut Ade Hartati Rahmat mengatakan, kalau pembangunan paying raksasa itu pasti ada tahapan perencanaan.
"Pembangunan ini ada tahapan perencanaan, pelaksanaan, kemudian pengawasaan ini harus sejalan, dipastikan kebenarannya," ucap Ade, dikutip dari Riauonline.co.id jaringan Suara.com, Selasa (28/3/2023).
Payung raksasa yang berdiri di Masjid An-Nur itu kemudan rusak, maka tentu saja menjadi pertanyaan dalam proses pembuatannya. Bahkan kata Ade mungkin saja kasus serupa bisa terjadi di beberapa pembangunan lainnya.
Baca Juga:Perjanjian Pra Nikah Alshad Ahmad dan Tiara Andini, Sosok Ini Sanggupi Jaga Warisan Keluarga Alshad
"Karena mungkin tak hanya satu ini yang mengalami kasus. Jembatan Sail juga, ada kasus yaitu tak selesai sesuai waktu. Asrama Riau di Jogja juga begitu," terang Ade.
Ade ingin pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Riau bisa lebih baik. Visi dan misi Gubernur Riau harus sesuai, jangan sampai menghilangkan rasa kepercayaan. Menurut Ade harus ada perhatian yang serius dari semua lapisan.
"Jangan ujung-ujungnya Gubernur (riau) sebagai penanggung jawab dan memberi kepercayaan ke jajarannya, tapi berkali-kali kejadian seperti ini. Maka ada hal yang harus menjadi perhatian serius dari seluruh lapisan," kata dia.
Ade mengatakan harus ada ketegasan dari Gubernur Riau, Syamsuar sebagai pemimpin yang punya kewenangan secara penuh untuk pembangunan di wilayahnya.
"Jangan mudah percaya oleh laporan-laporan dari jajarannya. Dan mau mendengarkan masukan dari legislatif dan masyarakat," kata dia.
Selain itu Anggota Komisi IV DPRD Riau bernama Sugeng Pranoto, turut ikut buka suara.
Kata dia anggaran besar yang mencapai Rp42 miliar untuk membangun payung elektrik raksasa yang ada di Masjid An-Nur, seharusnya punya ketahanan yang kuat. Sesuai dengan anggaran yang telah dikeluarkan.
"Katanya terpalnya berkualitas, yang bisa bertahan dan tidak lapuk selama puluhan tahun. Tapi kok ini bisa hancur ya," tanya Sugeng yang heran.
Dia mengatakan sangat wajar dengan kejadian tersebut, banyak yang meragukan kualitas kontraktor. Tidak salah jika muncul tudingan ada 'permainan' diantara Dinas PUPR dengan kontraktor.
"Kita kan tak tahu juga bagaimana proses tendernya apakah kontraktornya ditunjuk karena faktor kedekatan apa gimana. Soalnya di daerah lain, seperti di Jawa Tengah itu pembangunan payung raksasanya tak ada persoalan kok," ungkapnya. (*)