Baru 1,5 Tahun SF Hariyanto Jabat Sekda Riau Dibuat Pusing Istri, Ada Pesan dari Kepala Kejati Riau

SuaraPekanbaru.id- Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Riau bernama SF Hariyanto menjadi sorotan karena kelakuan istrinya, Adrias Hariyanto selalu pamer barang mewah di media sosial.

Saat ini para pejabat sedang menjadi sorotan, karena gaya hidup yang hedon ditambah denga nasal usul kekayaan yang tak sesuai dengan penghasilan mereka.

Terbaru adalah Ir SF Hariyanto MT yang duduk sebagai Sekda Riau. Dia menjadi bulan-bulanab publik di media sosial, karena istrinya pamer barang mewah. Hingga dirinya sibuk melakukan pembelaa kalau tas mewah yang dipamerkan adalah KW.

SF Hariyanto baru dilantik menjadi Sekda Riau di tanggal 18 Agustus 2021, artinya dia baru duduk di kursi Sekda Riau selama 1,5 tahun.  Saat itu SF Hariyanto dinobatkan sebagai Sekda Riau oleh Gubernur Riau, Syamsuar.

Baca Juga:Wagub Tegaskan Pejabat Riau Ikuti Arahan Presiden, Sekda SF Hariyanto Dirujak: Barang Beda, Buru-Buru Beli Barbuk

Tidak ada yang salah dengan dilantikanya SF Hariyanto menjadi Sekda. Karena ketika dilantik, dirinya langsung disibukan dengan tugas berat dari Gubernur Riau mempercepat penanganan Covid-19.

SF Hariyanto diminta untuk cepat dalam menyesuaikan dengan situasi Pemprov Riau dalam menjalankan tugas barunya. Penyesuaian menjadi penekanan Gubernur, karena SF Hariyanto dari tahun 2016 tidak bertugas di lingkungan Pemerintahan Provinsi Riau.

SF Hariyanto pernah bertugas di Kementerian PUPR, sebagai Inspektur VI Investigasi Kementerian PUPR. Sebelumnya SF Hariyanto sudah lama berkarier di lingkungan Pemprov Riau.

Dirinya memulai karir sebagai PNS di tahun 1987. Dia putra asli Pekanbaru yang lahir pada tanggal 30 April 1965. Karirnya melejit, dan duduk di banyak bangku jabatan yang cukup strategis di Pemprov Riau.

Dia pernah menjadi Kepala Dinas PU Provinsi Riau, Staf Ahli Gubernur Bidang Pembangunan hingga akhirnya pindah ke Kementerian PUPR pada tahun 2016. Dia juga menjabat sebagai Kepala Dinas Pendapatan Daerah Riau.

Baca Juga:Istri Sekda Riau Pamer Tas Mewah, SF Hariyanto Bilang Beli KW di Toko Barang Bekas: ke Luar Negeri Tidak Mewah

Beberapa kali dirinya ingin pindah menjadi pegawai Kementerian PUPR, namun hal itu diurungkan SF Hariyanto. Karena pada terakhir masa pemerintahan Gubernur Riau, yakni Annas Maamun tak memberikan restu agar dia pindah. Karena Annas ingin dirinya mengabdi di Riau.

Keinginannya terwujud untuk menjadi pegawai dan pejabat di Kementerian PUPR, ketika tahun 2016 silam. Namun tak lama berselang, SF Hariyanto kembali dipanggil pulang ke tanah kelahirannya, oleh Syamsuar. Dia diminta jadi Sekda Riau sejak tanggal 18 Agustus 2021 sampai sekarang.

Dibuat Pusing Istri

Apa yang dilakukan oleh Istrinya Adrias Hariyanto sudah membuat dirinya pusing. Belum lagi sang anak yang keciduk merayakan ultahnya di salah satu hotel mewah kelas bintang lima. Tak sedikit anggaran untuk melangsungkan acara tersebut.

Tas mhewa yang kerap dipamerkan sang istri, mendapatkan pembelaan dari SF Hariyanto. Dia bilang kalau tas yang dimiliki oleh istrinya itu KW. Dia juga panjang lebar menjelaskan tentang liburan ke luar negeri.

Hidupnya yang kerap pamer gaya mewah, dirujak netizen di media sosial. Tentu saja menjadi sorotan tajam dari masyarakat.

Hal tersebut juga turut ditanggapi oleh Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Riau, Supardi.

Supardi turut menanggapi aksi flexing atau pamer kemewahan yang dilakukan oleh istri Sekda Riau.

Dirinya mengimbau kepada, supaya tidak menaruh rasa menduga-duga atau menuduh. Dia juga sangat mempersilahkan kepada masyarakat, yang ingin melapor, kalau punya cukup bukti yang berkaitdan dengan dugaan pelanggaran hukum dari istri SF Hariyanto.

"Silakan melapor apabila memiliki bukti yang cukup. Jangan menduga-duga apa lagi menuduh," ungkap Supardi diktuip dari Riauonline.co.id jaringan suara.com, Selasa (21/3/2023).

Supardi juga mengatakan, kalau Kejati Riau tidal akan bisa memproses sebuah masalah hukum, jika hanya berdasarkan kepada asumsi. Apalgi asas praduga masyarakat yang ramai di media sosial.

"Suatu peristiwa hukum bisa diproses apabila ada rentetan peristiwa hukumnya, bukan berdasarkan asumsi di media sosial. Sekali lagi saya tekankan silakan melapor apabila ada bukti yang cukup," tegas Supardi.

Namun begitu, dia juga turut mengingatkan untuk semua kalangan supaya tidak pamer harta di media sosial.  "Siapapun itu silakan memiliki harta, tapi jangan di pamer-pamerkan di media sosial terutama para pejabat. Karena bisa menimbulkan kecurigaan masyarakat," kata dia. (*)